Kisah Empat Nabi Yang Masih
Hidup Sampai Sekarang
1.
Kisah Nabi Isa Alaihissalam
Al-Qur’an
menerangkan dalam surat AnNisaa’:157 bahwa Nabi Isa AS tidaklah dibunuh maupun
disalib oleh orang-orang Kafir. Adapun yang mereka salib adalah orang yang
bentuk dan rupanya diserupakan oleh Allah SWT seperti Nabi Isa AS (sebagian
ulama berpendapat orang yang diserupakan adalah muridnya yang berkhianat yang
bernama Yudas Iskariot) dan karena ucapan mereka:
“Sesungguhnya kami telah membunuh AlMasih, Isa putra Maryam, Rasul Allah”, padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa.
(An Nisaa’ : 157)
“Sesungguhnya kami telah membunuh AlMasih, Isa putra Maryam, Rasul Allah”, padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa.
(An Nisaa’ : 157)
Nabi Isa AS diselamatkan oleh Allah SWT dengan jalan diangkat ke
langit dan ditempatkan disuatu tempat yang hanya Allah SWT yang tahu tentang
hal ini. AlQur’an menjelaskan tentang peristiwa penyelamatan ini. ”Tetapi (yang
sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana. (An Nisaa’ :158)
(Khotib)
(Khotib)
2.
Kisah Nabi Khidir Alaihissalam
Pada saat Raja Iskandar Dzul Qarnain pada tahun 322 S. M.
berjalan di atas bumi menuju ke tepi bumi, Allah SWT mewakilkan seorang malaikat
yang bernama Rofa’il untuk mendampingi Raja Iskandar Dzul Qarnain. Di tengah
perjalanan mereka berbincang-bincang, Raja Iskandar Dzul Qarnain berkata kepada
malaikat Rofa’il: “Wahai malaikat Rofa’il ceritakan kepadaku tentang ibadah
para malaikat di langit ”,
malaikat Rofa’il berkata, “Ibadah para mailaikat di langit di antaranya ada yang berdiri tidak mengangkat kepalanya selama-lamanya, dan ada pula yang rukuk tidak mengangkat kepala selama-lamanya ”.
Kemudian raja berkata, “Alangkah senangnya seandainya aku hidup bertahun-tahun dalam beribadah kepada Allah ”.
Lalu malaikat Rofa’il berkata, “Sesungguhnya Allah telah menciptakan sumber air bumi, namanya ‘Ainul Hayat’ yang berarti, sumber air hidup. Maka barang siapa yang meminumnya seteguk, maka tidak akan mati sampai hari kiamat atau sehingga ia mohon kepada Allah agar supaya dimatikan ”.
Kemudianya raja bertanya kepada malaikat Rofa’il, “Apakah kau tahu tempat “Ainun Hayat itu?”.
mailaikat Rofa’il menjawab, “Bahwa sesungguhnya Ainun Hayat itu berada di bumi yang gelap ”
malaikat Rofa’il berkata, “Ibadah para mailaikat di langit di antaranya ada yang berdiri tidak mengangkat kepalanya selama-lamanya, dan ada pula yang rukuk tidak mengangkat kepala selama-lamanya ”.
Kemudian raja berkata, “Alangkah senangnya seandainya aku hidup bertahun-tahun dalam beribadah kepada Allah ”.
Lalu malaikat Rofa’il berkata, “Sesungguhnya Allah telah menciptakan sumber air bumi, namanya ‘Ainul Hayat’ yang berarti, sumber air hidup. Maka barang siapa yang meminumnya seteguk, maka tidak akan mati sampai hari kiamat atau sehingga ia mohon kepada Allah agar supaya dimatikan ”.
Kemudianya raja bertanya kepada malaikat Rofa’il, “Apakah kau tahu tempat “Ainun Hayat itu?”.
mailaikat Rofa’il menjawab, “Bahwa sesungguhnya Ainun Hayat itu berada di bumi yang gelap ”
Setelah raja mendengar keterangan dari malaikat Rofa’il tentang
Ainul hayat, maka raja segera mengumpulkan ‘Alim Ulama’ pada zaman itu, dan
raja bertanya kepada mereka tentang Ainul Hayat itu, tetapi mereka menjawab,
“Kita tidak tahu khabarnya, namun seoarng yang alim di antara mereka menjawab,
“ Sesungguhnya aku pernah membaca di dalam wasiat nabi Adam AS, beliau berkata
bahwa sesungguhnya Allah meletakkan Ainul Hayat di bumi yang gelap ”.
“Di manakah tempat bumi gelap itu?” tanya raja.
“Di manakah tempat bumi gelap itu?” tanya raja.
Seorang yang alim menjawab, “Di tempat keluarnya matahari”.
Kemudian raja bersiap-siap untuk mendatangi tempat itu, lalu
raja bertanya kepada sahabatnya. “Kuda apa yang sangat tajam penglihatannya di
waktu gelap ?”.
Para sahabat menjawab, “Kuda betina yang perawan”.
Kemudian raja mengumpulkan 1000 ekor kuda betina yang perawan-perawan, lalu raja memilih-milih di antara tentaranya, sebanyak 6000 orang dipilih yang cendikiawan dan yang ahli mencambuk.
Para sahabat menjawab, “Kuda betina yang perawan”.
Kemudian raja mengumpulkan 1000 ekor kuda betina yang perawan-perawan, lalu raja memilih-milih di antara tentaranya, sebanyak 6000 orang dipilih yang cendikiawan dan yang ahli mencambuk.
Di antara mereka adalah Nabi Khidir AS, bahkan beliau menjabat
sebagai Perdana Menteri. Kemudian berjalanlah mereka dan Nabi Khidir AS
berjalan di depan pasukannya dan mereka jumpai dalam perjalanan, bahwa tempat
keluarnya matahari itu tepat pada arah kiblat.
Kemudian mereka tidak berhenti-henti menempuh perjalanan dalam
waktu 12 tahun, sehingga sampai ditepi bumi yang gelap itu, ternyata gelapnya
itu memancar seperti asap, bukan seperti gelapnya waktu malam. Kemudian seorang
yang sangat cendikiawan mencegah Raja masuk ke tempat gelap itu dan tentara-tentaranya,
berkata ia kepada raja. ”Wahai Raja, sesungguhnya raja-raja yang terdahulu
tidak ada yang masuk tempat yang gelap ini karena tempat yang gelap ini
berbahaya. ”
Lalu Raja berkata: ” Kita harus memasukinya, tidak boleh tidak.”
Kemudian ketika Raja hendak masuk, maka meraka semua membiarkannya. Kemudian Raja berkata kepada pasukannya: ”Diamlah, tunggulah kalian ditempat ini selama 12 tahun, jika aku bisa datang pada kalian dalam masa 12 tahun itu, maka kedatanganku dan menunggu kalian termasuk baik, dan jika aku tidak datang sampai 12 tahun, maka pulanglah kembali ke negeri kalian”.
Kemudian raja bertanya kepada Malaikat Rofa’il: ” Apabila kita melewati tempat yang gelap ini, apakah kita dapat melihat kawan-kawan kita ?”.
“Tidak bisa kelihatan”,jawab malaikat Rofa’il,” akan tetapi aku memberimu sebuah merjan atau mutiara, jika merjan itu ke atas bumi, maka mutiara tersebut dapat menjerit dengan suara yang keras, dengan demikian maka kawan- kawan kalian yang tersesat jalan dapat kembali kepada kalian.”
Lalu Raja berkata: ” Kita harus memasukinya, tidak boleh tidak.”
Kemudian ketika Raja hendak masuk, maka meraka semua membiarkannya. Kemudian Raja berkata kepada pasukannya: ”Diamlah, tunggulah kalian ditempat ini selama 12 tahun, jika aku bisa datang pada kalian dalam masa 12 tahun itu, maka kedatanganku dan menunggu kalian termasuk baik, dan jika aku tidak datang sampai 12 tahun, maka pulanglah kembali ke negeri kalian”.
Kemudian raja bertanya kepada Malaikat Rofa’il: ” Apabila kita melewati tempat yang gelap ini, apakah kita dapat melihat kawan-kawan kita ?”.
“Tidak bisa kelihatan”,jawab malaikat Rofa’il,” akan tetapi aku memberimu sebuah merjan atau mutiara, jika merjan itu ke atas bumi, maka mutiara tersebut dapat menjerit dengan suara yang keras, dengan demikian maka kawan- kawan kalian yang tersesat jalan dapat kembali kepada kalian.”
Kemudian Raja Iskandar Dzul Qurnain masuk ke tempat yang gelap
itu bersama sekelompok pasukannya, mereka berjalan di tempat yang gelap itu
selama 18 hari tidak pernah melihat matahari dan bulan, tidak pernah melihat
malam dan siang, tidak pernah melihat burung dan binatang liar, sedangkan raja
berjalan dengan didampingi oleh Nabi Khidlir AS.
Di saat mereka berjalan, maka Allah SWT memberi wahyu keapda
Nabi Khidlir AS, ”Bahwa sesungguhnya Ainul Hayat itu berada di sebelah kanan
jurang dan Ainul Hayat ini Aku khususkan untuk kamu ”.
Setelah Nabi Khidlir menerima wahyu tersebut, kemudian beliau berkata kepada sahabat-sahabatnya: “ Berhentilah kalian di tempat kalian masing-masing dan janganlah kalian meninggalkan tempat kalian sehingga aku datang kepada kalian. ”
Setelah Nabi Khidlir menerima wahyu tersebut, kemudian beliau berkata kepada sahabat-sahabatnya: “ Berhentilah kalian di tempat kalian masing-masing dan janganlah kalian meninggalkan tempat kalian sehingga aku datang kepada kalian. ”
Kemudian beliau berjalan menuju ke sebelah kanan jurang, maka
didapatilah oleh beliau sebuah Ainul Hayat yang dicarinya itu. Kemudian Nabi
Khidlir AS turun dari kudanya dan beliau langsung melepas pakaiannya dan turun
ke “Ainul Hayat” (sumber air kehidupan) tersebut, dan beliau terus mandi dan
minum sumber air kehidupan tersebut, maka dirasakan oleh beliau airnya lebih
manis daripada madu. Setelah beliau mandi dan minum Ainul hayat tersebut,
kemudian beliau keluar dari tempat Ainul Hayat itu terus menemui Raja Iskandar
Dzulkarnain, sedangkan raja tidak tahu apa yang sedang terjadi pada Nabi
Khidlir AS, tentang melihat Ainul Hayat dan mandi.
Khidlir AS, tentang melihat Ainul Hayat dan mandi.
(Menurut riwayat yang diceritakan oleh Wahab bin Munabbah), dia
berkata, bahwa Nabi Khidlir AS adalah anak dari bibi Raja Iskandar Dzul
Qarnain. Dan raja Iskandar Dzulkarnain keliling di dalam tempat yang gelap itu
selama 40 hari, tiba-tiba tampak oleh Raja sinar seperti kilat, maka terlihat
oleh Raja, bumi yang berpasir merah dan terdengar oleh raja suara gemercik di
bawah kaki kuda, kemudian Raja bertanya kepada Malaikat Rofa’il: “Gemercik ini
adalah suara benda apabila seseorang mengambilnya, niscaya ia akan menyesal dan
apabila tidak mengambilnya, niscaya ia akan menyesal juga. ”
Kemudian di antara pasukan ada yang membawanya namun sedikit, setelah mereka keluar dari tempat yang gelap itu, ternyata bahwa benda tersebut adalah yakut yang berwarna merah dan jambrut yang berwarna hijau, maka menyesallah pasukan yang mengambil itu karena mengambilnya hanya sedikit, demikianlah pula pasukan yang tidak mengambilnya, bahkan lebih menyesal. Diriwayatkan oleh Ats-tsa’Labi dari: Iman Ali Rodliayllohu ‘ anhu.
Kemudian di antara pasukan ada yang membawanya namun sedikit, setelah mereka keluar dari tempat yang gelap itu, ternyata bahwa benda tersebut adalah yakut yang berwarna merah dan jambrut yang berwarna hijau, maka menyesallah pasukan yang mengambil itu karena mengambilnya hanya sedikit, demikianlah pula pasukan yang tidak mengambilnya, bahkan lebih menyesal. Diriwayatkan oleh Ats-tsa’Labi dari: Iman Ali Rodliayllohu ‘ anhu.
1. Cerita ini dikutib dari kitab “ Baidai’iz karangan Syeikh
Muhammad bin Ahmad bin Iyas halaman 166 – 168. Penerbit: Usaha Keluarga s
Semarang.
2. Cerita dari Kitab Nuzhatul Majalis Karangan Syeikh Abdul Rohman Ash-Shafuri.
Penerbit Darul Fikri Bairut Halaman 257 – 258.
(Salafy Tobat)
2. Cerita dari Kitab Nuzhatul Majalis Karangan Syeikh Abdul Rohman Ash-Shafuri.
Penerbit Darul Fikri Bairut Halaman 257 – 258.
(Salafy Tobat)
3.
Kisah Nabi Idris Alaihissalam
Lalu keduanya menerusakan perjalanan sampai empat hari lamanya
dan selama itu pula Nabi Idris AS menemukan keanehan yang ada pada Malaikat itu
dan Nabi Idris AS bertanya: ”Hai tuan, kamu ini sebenarnya siapa?”,
Malaikat itu menjawab: ”Saya adalah malaikat pencabut nyawa”.
Nabi Idris AS bertanya:” Apakah kamu akan mencabut nyawa manusia?”,
Malaikat menjawab:”Ya”,
Nabi Idris AS bertanya: ”Apakah kamu juga mencabut nyawa selama dalam perjalanan bersama saya?”,
Malaikat menjawab: ”Ya, saya telah mencabut beberapa nyawa manusia dan sesungguhnya nyawa manusia itu adalah bagaikan hidangan makanan, sebagai mana kamu menghadapi sesuap makanan saja”.
Nabi Idris AS berkata: ”Dan apakah kamu datang ini untuk mencabut nyawa saya atau sekedar berkunjung?”,
Malaikat menjawab: ”Saya datang hanya untuk berkunjung”,
Nabi Idris AS berkata: ”kalau begitu saya punya hajat kepadamu”,
Malaikat menjawab: ”Hajat apa, hai Nabi Idris?”
Nabi Idris AS berkata: ”Saya ingin agar kamu mencabut nyawa saya, lalu memohonlah kepada Allah untuk menghidupkan saya sehingga saya bisa beribadah kepada Allah sesudah merasakan sakitnya mati”.
Malaikat menjawab: ”Sungguh saya tidak bisa mencabut nyawa seseorang tanpa seijin Allah”.
Lalu Allah SWT berfirman kepada Malaikat: ”Cabutlah nyawa Idris!”.
Malaikat itu menjawab: ”Saya adalah malaikat pencabut nyawa”.
Nabi Idris AS bertanya:” Apakah kamu akan mencabut nyawa manusia?”,
Malaikat menjawab:”Ya”,
Nabi Idris AS bertanya: ”Apakah kamu juga mencabut nyawa selama dalam perjalanan bersama saya?”,
Malaikat menjawab: ”Ya, saya telah mencabut beberapa nyawa manusia dan sesungguhnya nyawa manusia itu adalah bagaikan hidangan makanan, sebagai mana kamu menghadapi sesuap makanan saja”.
Nabi Idris AS berkata: ”Dan apakah kamu datang ini untuk mencabut nyawa saya atau sekedar berkunjung?”,
Malaikat menjawab: ”Saya datang hanya untuk berkunjung”,
Nabi Idris AS berkata: ”kalau begitu saya punya hajat kepadamu”,
Malaikat menjawab: ”Hajat apa, hai Nabi Idris?”
Nabi Idris AS berkata: ”Saya ingin agar kamu mencabut nyawa saya, lalu memohonlah kepada Allah untuk menghidupkan saya sehingga saya bisa beribadah kepada Allah sesudah merasakan sakitnya mati”.
Malaikat menjawab: ”Sungguh saya tidak bisa mencabut nyawa seseorang tanpa seijin Allah”.
Lalu Allah SWT berfirman kepada Malaikat: ”Cabutlah nyawa Idris!”.
Kemudian malaikat itu mencabut nyawa Nabi Idris AS dan matilah
Nabi Idris AS lalu Malaikat menangis sambil merendahkan diri untuk memohon
kepada Allah SWT agar menghidupkan Nabi Idris AS kembali, kemudian Allah
menghidupkan Nabi Idris AS, lalu malaikat bertanya: ”Hai Nabi Idris bagaimana
rasanya mati itu?”.
Nabi Idris AS berkata:”Sungguh rasanya mati itu bagaikan binatang yang dikuliti dalam keadaan masih hidup, sedang rasa mati itu melebihi 100X lipat rasa sakit binatang yang dikuliti dalam keadaan masih hidup”.
Malaikat menjawab:”Hai Nabi Idris, padahal saya mencabut nyawamu itu dengan cara hati-hati dan sangat halus dan ini belum pernah saya lakukan kepada siapapun”.
Nabi Idris AS berkata: ”Saya mempunyai hajat yang lain kepadamu, yaitu ingin melihat neraka jahannam, agar saat melihat itu saya lebih banyak beribadah kepada Allah”.
Malaikat menjawab: ”Sungguh saya tidak bisa masuk neraka jahannam tanpa ada izin dari Allah”, lalu Allah SWT berfirman kepada Malaikat: ”Pergilah kamu bersama Nabi Idris ke neraka jahannam”.
Nabi Idris AS berkata:”Sungguh rasanya mati itu bagaikan binatang yang dikuliti dalam keadaan masih hidup, sedang rasa mati itu melebihi 100X lipat rasa sakit binatang yang dikuliti dalam keadaan masih hidup”.
Malaikat menjawab:”Hai Nabi Idris, padahal saya mencabut nyawamu itu dengan cara hati-hati dan sangat halus dan ini belum pernah saya lakukan kepada siapapun”.
Nabi Idris AS berkata: ”Saya mempunyai hajat yang lain kepadamu, yaitu ingin melihat neraka jahannam, agar saat melihat itu saya lebih banyak beribadah kepada Allah”.
Malaikat menjawab: ”Sungguh saya tidak bisa masuk neraka jahannam tanpa ada izin dari Allah”, lalu Allah SWT berfirman kepada Malaikat: ”Pergilah kamu bersama Nabi Idris ke neraka jahannam”.
Kemudian malaikat bersama Nabi Idris AS pergi ke neraka
jahannam, maka Nabi Idris AS dapat melihat segala yang dipersiapkan untuk
menyiksa di neraka jahannam, lalu keduanya kembali dari neraka jahannam. Nabi
Idris AS berkata: ”Saya punya hajat lagi kepada kamu, agar kamu mengajakku
pergi ke syurga,dan setelah itu saya akan menjadi hamba yang lebih taat dalam
beragama”.
Malaikat berkata: ”Saya tidak bisa masuk syurga tanpa ada ijin dari Allah”.
Lalu Allah AS berfirman: ”Hai Malaikat pergilah kamu bersama Idris ke syurga”.
Malaikat berkata: ”Saya tidak bisa masuk syurga tanpa ada ijin dari Allah”.
Lalu Allah AS berfirman: ”Hai Malaikat pergilah kamu bersama Idris ke syurga”.
Dan keduanya pergi ke syurga dan berhanti di depan pintu syurga,
maka Nabi Idris AS dapat melihat segala kenikmatan yang ada dalam syurga,
melihat kerajaan yang banyak, melihat anugerah yang banyak dan melihat
pepohonan dan buah-buahan yang beraneka macam ragamnya.
Nabi Idris berkata: ”Wahai Malaikat, saya telah merasakan mati, telah melihat segala macam siksaan dalam neraka, lalu mohonlah kepada Allah, agar ia memberi izin saya masuk ke syurga, sehingga saya dapat minum air syurga dan sakit saya menjadi hilang serta terhindar dari neraka jahannam”.
Lalu Allah Berfirman kepada malaikat: ”Masuklah kamu ke syurga bersama Idris”,
kemudian keduanya masuk syurga dan Nabi Idris AS meletakan sandalnya di bawah salah satu pohon di syurga, dan setelah keluar dari syurga.Nabi Idris berkata kepada Malaikat: ”Sungguh sandal saya tertinggal di syurga, maka kembalikan saya ke syurga”,
dan setelah Nabi Idris AS tiba di syurga, Nabi Idris AS tidak mau di ajak keluar, ia ingin tetap tinggal dalam syurga, hingga Malaikat berteriak:”Hai Nabi Idris, keluarlah”,
dan Nabi Idris AS tetap tidak mau keluar, dan berkata: ” Karena Allah telah berfirman”: “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati…”(Q.Surat Ali’imran ayat 185), Sedang saya telah merasakan mati. Dan Allah Berfirman: “Dan tidak seorangpun darimu, melainkan mendatangi neraka itu….” (Q.Surat Maryam ayat 71). Dan sungguh saya telah memasuki neraka jahannam, dan Allah juga berfirman: “…….. dan sekali-kali mereka tidak akan di keluarkan dari padanya (syurga)”. (Q.Surat AL Hijr ayat 48)”.
Malaikat berkata: ”Lantas siapa yang akan mengeluarkan mu?”.
Lalu Allah berfirman kapada Malaikat: ”Tinggalkanlah Nabi Idris di syurga, sungguh Aku telah menetapkannya, bahwa ia termasuk ahli syurga”,
kemudian Malaikat itu meninggalkan Nabi Idris AS di syurga dan tetaplah Nabi Idris AS berada dalam syurga untuk selama-lamanya.
(Blog Anak Indonesia Timur)
Nabi Idris berkata: ”Wahai Malaikat, saya telah merasakan mati, telah melihat segala macam siksaan dalam neraka, lalu mohonlah kepada Allah, agar ia memberi izin saya masuk ke syurga, sehingga saya dapat minum air syurga dan sakit saya menjadi hilang serta terhindar dari neraka jahannam”.
Lalu Allah Berfirman kepada malaikat: ”Masuklah kamu ke syurga bersama Idris”,
kemudian keduanya masuk syurga dan Nabi Idris AS meletakan sandalnya di bawah salah satu pohon di syurga, dan setelah keluar dari syurga.Nabi Idris berkata kepada Malaikat: ”Sungguh sandal saya tertinggal di syurga, maka kembalikan saya ke syurga”,
dan setelah Nabi Idris AS tiba di syurga, Nabi Idris AS tidak mau di ajak keluar, ia ingin tetap tinggal dalam syurga, hingga Malaikat berteriak:”Hai Nabi Idris, keluarlah”,
dan Nabi Idris AS tetap tidak mau keluar, dan berkata: ” Karena Allah telah berfirman”: “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati…”(Q.Surat Ali’imran ayat 185), Sedang saya telah merasakan mati. Dan Allah Berfirman: “Dan tidak seorangpun darimu, melainkan mendatangi neraka itu….” (Q.Surat Maryam ayat 71). Dan sungguh saya telah memasuki neraka jahannam, dan Allah juga berfirman: “…….. dan sekali-kali mereka tidak akan di keluarkan dari padanya (syurga)”. (Q.Surat AL Hijr ayat 48)”.
Malaikat berkata: ”Lantas siapa yang akan mengeluarkan mu?”.
Lalu Allah berfirman kapada Malaikat: ”Tinggalkanlah Nabi Idris di syurga, sungguh Aku telah menetapkannya, bahwa ia termasuk ahli syurga”,
kemudian Malaikat itu meninggalkan Nabi Idris AS di syurga dan tetaplah Nabi Idris AS berada dalam syurga untuk selama-lamanya.
(Blog Anak Indonesia Timur)
4. Kisah Nabi Ilyas Alaihissalam
Ketika sedang beristirahat datanglah Malaikat kepada Nabi Ilyas
AS, Malaikat itu datang untuk menjemput ruhnya. Mendengar berita itu, Nabi
Ilyas AS menjadi sedih dan menangis.
“ Mengapa engkau bersedih?” tanya Malaikat maut.
“ Tidak tahulah.” Jawab Nabi Ilyas AS.
“Apakah engkau bersedih karena akan meninggalkan dunia dan takut menghadapi maut ?” tanya Malaikat.
“Tidak. Tiada sesuatu yang aku sesali kecuali karena aku menyesal tidak boleh lagi berzikir kepada Allah, sementara yang masih hidup boleh terus berzikir memuji Allah, ” jawab Nabi Ilyas AS.
“ Mengapa engkau bersedih?” tanya Malaikat maut.
“ Tidak tahulah.” Jawab Nabi Ilyas AS.
“Apakah engkau bersedih karena akan meninggalkan dunia dan takut menghadapi maut ?” tanya Malaikat.
“Tidak. Tiada sesuatu yang aku sesali kecuali karena aku menyesal tidak boleh lagi berzikir kepada Allah, sementara yang masih hidup boleh terus berzikir memuji Allah, ” jawab Nabi Ilyas AS.
Saat itu Allah SWT lantas menurunkan wahyu kepada Malaikat agar
menunda pencabutan nyawa itu dan memberi kesempatan kepada Nabi Ilyas AS
berzikir sesuai dengan permintaannya. Nabi Ilyas AS ingin terus hidup
semata-mata karena ingin berzikir kepada Allah SWT. Maka berzikirlah Nabi Ilyas
AS sepanjang hidupnya.
“ Biarlah dia hidup di taman untuk berbisik dan mengadu serta
berzikir kepada-Ku sampai akhir nanti. ” Firman Allah SWT.
4 Nabi
Yang Masih Hidup (khidr, ilyas, ‘isa dan Idris a.s.)
Posted
on July 8,
2008 by admin
4 Nabi
yang masih hidup dan tetap diberi riziqi dari khazanah Allah swt.
Mereka adalah golongan yang dikhususkan oleh Allah swt.
2 Nabi Ada dibumi yaitu nabi Khidr dan Nabi ilyas a.s.
Ditempatkan di bagian bumi yang khusus yang Allah yang maha tahu
yang mengetahui tempat itu
2 Nabi ada di langit yaitu nabi isa dan nabi idris a.s.
Ditempatkan di bagian langit yang khusus yang Allah yang maha
tahu yang mengetahui tempat itu.
Untuk
menjelaskan hal ini, kami jelaskan 5 peringkat hayah (kehidupan)
Satu pandangan Bediuzzaman Said Nursi di dalam Maktubat,
al-Maktub al-Awwal, dari koleksi Rasail al-Nur. Nursi menjawab satu
soalan…adakah Sayyidina Khidr masih hidup?
Nursi menjawab ya…kerana ‘hayah’ itu 5 peringkat. Nabi Khidr di
peringkat kedua.
5 Peringkat itu ialah:
1. Kehidupan kita sekarang yang banyak terikat pada masa dan tempat.
2. Kehidupan Sayyidina Khidr dan Sayyidina Ilyas. Mereka mempunyai sedikit kebebasan dari ikatan seperti kita. Mereka boleh berada di byak tempat dalam satu masa. boleh makan dan minum bila mereka mahu. Para Awliya’dan ahli kasyaf telah meriwayatkan secara mutawatir akan wujudnya ‘hayah’ di peringkat ini. Sehingga di dalam maqam ‘walayah’ ada dinamakan maqam Khidr.
3.Peringkat ketiga ini seperti kehidupan Nabi Idris dan Nabi Isa. Nursi kata, peringkat ini kehidupan nurani yang menghampiri hayah malaikat.
4.Peringkat ini pula…ialah kehidupan para syuhada’. Mereka tidak mati, tetapi mereka hidup seperti disebut dalam al-Qur’an. Ustaz Nursi sendiri pernah musyahadah peringkat kehidupan ini.
5.Dan yang tingkat Hayah ini atau kehidupan rohani sekalian ahli kubur yang meninggal
1. Kehidupan kita sekarang yang banyak terikat pada masa dan tempat.
2. Kehidupan Sayyidina Khidr dan Sayyidina Ilyas. Mereka mempunyai sedikit kebebasan dari ikatan seperti kita. Mereka boleh berada di byak tempat dalam satu masa. boleh makan dan minum bila mereka mahu. Para Awliya’dan ahli kasyaf telah meriwayatkan secara mutawatir akan wujudnya ‘hayah’ di peringkat ini. Sehingga di dalam maqam ‘walayah’ ada dinamakan maqam Khidr.
3.Peringkat ketiga ini seperti kehidupan Nabi Idris dan Nabi Isa. Nursi kata, peringkat ini kehidupan nurani yang menghampiri hayah malaikat.
4.Peringkat ini pula…ialah kehidupan para syuhada’. Mereka tidak mati, tetapi mereka hidup seperti disebut dalam al-Qur’an. Ustaz Nursi sendiri pernah musyahadah peringkat kehidupan ini.
5.Dan yang tingkat Hayah ini atau kehidupan rohani sekalian ahli kubur yang meninggal
Wallahhua’lam. Subhanaka la ‘ilma lana innaka antal ‘alimul
hakim
Berikut ini kami nukilkan kisahnya :
1. Perihal Nabi Khidr ‘alaihi salam.
Bukhari, Ibn al-Mandah, Abu Bakar al-Arabi, Abu Ya’la, Ibn
al-Farra’, Ibrahim al-Harbi dan lain-lain berpendapat, Nabi Khidir a.s. tidak
lagi hidup dengan jasadnya, ia telah wafat. Yang masih tetap hidup adalah
ruhnya saja, iaitu sebagaimana firman Allah:
وَمَا جَعَلْنَا لِبَشَرٍ مِّن
قَبْلِكَ الْخُلْدَ أَفَإِن مِّتَّ فَهُمُ الْخَالِدُونَ
“Kami tidak
menjadikan seorang pun sebelum engkau (hai Nabi), hidup kekal abadi.”
(al-Anbiya’: 34)
Hadith marfu’ dari Ibn Umar dan Jabir (r.a.) menyatakan:
“Setelah
lewat seratus tahun, tidak seorang pun yang sekarang masih hidup di muka bumi.”
Ibn al-Šalah, al-Tsa’labi, Imam al-Nawawi, al-Hafiz Ibn Hajar
al-Asqalani dan kaum Sufi pada umumnya; demikian juga jumhurul-‘ulama’ dan ahl
al-šalah (orang-orang saleh), semua berpendapat, bahawa Nabi Khidir a.s. masih
hidup dengan jasadnya, ia akan meninggal dunia sebagai manusia pada akhir
zaman. Ibn Hajar al-Asqalani di dalam Fath al-Bari menyanggah pendapat orang-orang
yang menganggap Nabi Khidir a.s. telah wafat, dan mengungkapkan makna hadith
yang tersebut di atas, iaitu huraian yang menekankan, bahawa Nabi Khidir a.s.
masih hidup sebagai manusia. Ia manusia makhsus (dikhususkan Allah), tidak
termasuk dalam pengertian hadith di atas.
Mengenai itu kami berpendapat:
1. Kekal bererti tidak terkena kematian. Kalau Nabi Khidir a.s.
dinyatakan masih hidup, pada suatu saat ia pasti akan wafat. Dalam hal itu, ia
tidak termasuk dalam pengertian ayat al-Qur’an yang tersebut di atas selagi ia
akan wafat pada suatu saat.
2. Kalimat ‘di muka bumi’ yang terdapat dalam hadith tersebut,
bermaksud adalah menurut ukuran yang dikenal orang Arab pada masa itu (dahulu
kala) mengenai hidupnya seorang manusia di dunia. Dengan demikian maka Nabi
Khidir a.s. dan bumi tempat hidupnya tidak termasuk ‘bumi’ yang disebut dalam
hadith di atas, kerana ‘bumi’ tempat hidupnya tidak dikenal orang-orang Arab.
3. Yang dimaksud dalam hal itu ialah generasi Rasulullah s.a.w.
terpisah sangat jauh dari masa hidupnya Nabi Khidir a.s. Demikian menurut
pendapat Ibn Umar, iaitu tidak akan ada seorang pun yang mendengar bahawa Nabi
Khidir a.s. wafat setelah usianya lewat seratus tahun. Hal itu terbukti dari
wafatnya seorang bernama Abu al-Thifl Amir, satu-satunya orang yang masih hidup
setelah seratus tahun sejak adanya kisah tentang Nabi Khidir a.s.
4. Apa yang dimaksud ‘yang masih hidup’ dalam hadith tersebut
ialah: tidak ada seorang pun dari kalian yang pernah melihatnya atau
mengenalnya. Itu memang benar juga.
5. Ada pula yang mengatakan, bahawa yang dimaksud kalimat
tersebut (yang masih hidup) ialah menurut keumuman (ghalib) yang berlaku
sebagai kebiasaaan. Menurut kebiasaan amat sedikit jumlah orang yang masih
hidup mencapai usia seratus tahun. Jika ada, jumlah mereka sangat sedikit dan
menyimpang dari kaedah kebiasaaan; seperti yang ada di kalangan orang-orang
Kurdistan, orang-orang Afghanistan, orang-orang India dan orang-orang dari
penduduk Eropah Timur.
Nabi Khidir a.s. masih hidup dengan jasadnya atau dengan jasad
yang baru.
Dari semua pendapat tersebut, dapat disimpulkan: Nabi Khidir
a.s. masih hidup dengan jasad dan ruhnya, itu tidak terlalu jauh dari
kemungkinan sebenarnya. Tegasnya, Nabi Khidir a.s masih hidup; atau, ia masih
hidup hanya dengan ruhnya, mengingat kekhususan sifatnya.
Ruhnya lepas meninggalkan Alam Barzakh berkeliling di alam dunia
dengan jasadnya yang baru (mutajassidah). Itupun tidak terlalu jauh dari
kemungkinan sebenarnya. Dengan demikian maka pendapat yang menganggap Nabi
Khidir a.s. masih hidup atau telah wafat, berkesimpulan sama; iaitu: Nabi
Khidir a.s. masih hidup dengan jasadnya sebagai manusia, atau, hidup dengan
jasad ruhi (ruhani). Jadi, soal kemungkinan bertemu dengan Nabi Khidir a.s.
atau melihatnya adalah benar sebenar-benarnya. Semua riwayat mengenai Nabi
Khidir a.s. yang menjadi pembicaraan ahlullah (orang-orang bertaqwa dan dekat
dengan Allah S.W.T.) adalah kenyataan yang benar terjadi.
Silakan lihat kitab Ušul al-Wušul karya Imam al-Ustaz Muhammad
Zaki Ibrahim, Jilid I, Bab: Kisah Khidir Bainas-Šufiyah Wa al-‘Ulama’. Dipetik
dengan sedikit perubahan dari al-Hamid al-Husaini, al-Bayan
al-Syafi Fi Mafahimil Khilafiyah; Liku-liku Bid‘ah dan Masalah
Khilafiyah (Singapura:
Pustaka Nasional Pte Ltd, 1998, m.s. 488).
Banyak sekali riwayat-riwayat tentang nabi khidr dalam
kitab-kitab yang mu’tabar. Ada riwayat yang mengatakan bahwa Nabi khidr masih
hidup dan mati ditangan Dajjal.
Dajjal akan menangkap seorang pemuda beriman. Kemudian dajjal
menyuruhnya untuk menyembahnya, tapi pemuda itun menolak dan tetap beriman pada
Allah. Lalu Dajjal membunuhnya dan membelah nya menjadi Dua. satu Bagian
Dilempar sejauh mata memandang dan satu bagian dilempar sejauh mata memandang
kesebelah lainnya. Kemudian Dajjal menghidupkan kembali pemuda itu. dajjal
menyuruhnya agar beriman kepadanya karena ia telah mematikannya lalu
menghidupkannya. Maka pemuda itu tidak mau dan tetap beriman kepada Allah.
Pemuda itu bahkan mengatakan “Kamu benar-benar Dajjal!!”. Lalu Dajjal
mewafatkannya lagi.
Ada riwayat yang mengatakan pemuda beriman ini adalah Nabi Khidr
a.s. (wallahua’lam).
Doa Nabi al-Khidhr a.s.
Syaikh Muhammad Amin
Kurdi dalam “Tanwirul Qulub” pada halaman 422 menulis satu faedah
seperti berikut:-
Imam as-Sayuthi telah menyebut
dalam “Luqtul Marjaan” daripada Sayyidina Ibnu ‘Abbas r.`anhuma
sebagai berkata:-
- “Nabi al-Khidhr
dan Nabi Ilyas bertemu pada setiap tahun di musim haji dan mereka berdua
berpisah atas kalimah-kalimah ini: “Dengan
nama Allah, sesuatu itu menurut apa yang dikehendaki Allah, tidak ada yang
mendatangkan kebaikan melainkan Allah; Sesuatu itu menurut apa yang
dikehendaki Allah, tidak ada yang menolak kejahatan melainkan Allah;
Sesuatu itu menurut apa yang dikehendaki Allah, setiap keni’matan adalah
daripada Allah; Sesuatu itu menurut apa yang dikehendaki Allah, tiada daya
upaya dan kekuatan melainkan dengan Allah”. Ibnu ‘Abbas berkata:“Sesiapa
yang membaca doa ini ketika pagi dan petang sebanyak 3 kali, maka Allah
akan mengamankan (yakni menyelamatkan) dia dari tenggelam (lemas),
kebakaran, kecurian, dari (kejahatan) syaitan, penguasa, ular dan kala
jengking.”
Maka sewajarnya bagi seseorang
murid untuk mengamalkan doa ini, kerana ianya akan menjadi sebab yang membawa
kepada tawakkal.
Doa ini juga dinukil oleh Hujjatul Islam
al-Ghazali dalam “Ihya` ‘Ulumiddin” jilid 1 halaman 374 dengan
sedikit perbezaan lafaz.
Tawakkal itu amatlah penting dalam
kehidupan seseorang muslim. Walau bagaimana hebatnya kita, selaku hamba kita
hendaklah sentiasa bertawakkal kepada Allah, sejak permulaan setiap sesuatu
pekerjaan berkekalan sehingga mencapai tujuan atau sebaliknya. Allah pula
menyukai orang-orang yang bertawakkal sebagaimana difirmankanNya dalam surah
Ali ‘Imraan ayat 159 yang kira-kira bererti: “Bahawasanya
Allah ta`ala itu kasih akan orang-orang yang bertawakkal.”
Manakala dalam surah ath-Tholaaq ayat 3, Allah berfirman yang kira-kira
bererti: “Dan sesiapa yang bertawakkal kepada Allah, maka Allah itu
mencukupi baginya.
Nabi Khidhir – 4
Satu lagi posting
berhubung NabiyUllah Khidhir a.s., mudah-mudahan dengan menyebut nama baginda
a.s. dalam bulan yang mulia ini kita akan dapat keberkatannya. Kebetulan aku
baru dapat sebuah buku karangan Allamah Syaikh Muhammad al-Jazri dengan jodol “al-Hisnul
Hasin” ( الحصن الحصين ) yang diterjemah
oleh Maulana Muhammad Rafeeq ibni Maulana Ahmed Hathurani dan diberi kata
pengantar oleh Maulana Muhammad Taqi Usmani. Kitab
asalnya memang aku kenali, tetapi aku tidak pernah memiliki dan mentelaahnya
secara terperinci kerana aku merasakan bahawa ianya karangan berisikan doa dan
zikir semata-mata. Rupa-rupanya tentang NabiyUllah Khidhir a.s. pun ada disebut
pengarangnya pada halaman 228 di mana dinyatakan bahawa pada hari kewafatan
Junjungan Nabi s.a.w., Nabi Khidhir a.s. telah menziarahi jenazah baginda yang
mulia serta mengucapkan kata-kata takziah dan nasihat kepada para sahabat.
Untuk lebih jelas, biar aku nukilkan semula apa yang disebut dalam buku itu, di
bawah subtitle “Condolence of Sayyidona Khidr a.s.“:-
According to the Hadeeth, the
day Rasoolullah (Sallallaahu-alayhi-wasallam) passed away, a
powerful-looking, beautiful and handsome man with a white beard came leaping
across the necks of people till he reached where the sacred body of Rasoolullah
(Sallallaahu-alayhi-wasallam) lay. He wept bitterly and turned towards
the Sahabah (RA) and said the undermentioned words. Aboo Bakr (RA) and Ali (RA)
said that he was Khidr (AS). The words are as follows:- “Surely, Allah alone grants
patience in every misfortune and compensation for anything lost and substitute
for anything destroyed. Return to Allah alone and flee towards Him only. In
times of difficulty, His gaze is set on you (and He does not forsake you).
Understand this because a genuinely unfortunate and miserable person is one who
is not given any compensation for his misfortune.”
Sebagaimana yang aku jelaskan dalam posting-posting terdahulu berhubungan, isu berterusan hayat NabiyUllah Khidhir sehingga masa ini adalah masalah khilafiyyah ulama. Jika ada ulama yang menafikan hayatnya sekarang, maka ada ulama lain yang mensabitkannya. Jadi tidak perlulah isu ini dijadikan punca perbalahan yang tidak berkesudahan, dan yang lebih parah lagi perbalahan yang membawa kepada kutuk-mengutuk dan keji-mengeji. Berhubung hadits mengenai ziarah dan takziah Nabi Khidhir ini, insya-Allah di lain posting aku akan nukilkan kalam ulama berhubung dengannya. Allahu a’laam.
مدد يا
نبي الله يا الخضر عليه السلام
Nabi
Khidhir a.s. – 3
Ikhwah Fadhilatul Imam al-Ustaz Muhammad Zaki Ibrahim dalam bukunya “Usul al-Wushul” mukasurat 165 – 166 menyatakan:-
- Berkata Ibnul Jawzi, Ibnu Abi Ziyad,
Abul Hasan ar-Rumaani, Muhammad bin Ishaq dan lainnya bahawasanya Nabi al-Khidhir
adalah Nabi dan Rasul.
- Dan dinaqal al-Qurthubi, Abu Hayyan,
al-Baghawi, Ibnu ‘Athiyyah dan ats-Tsa’labi dalam kitab-kitab tafsir
mereka bahawasanya dia Nabi sahaja, dan mereka berkata bahawa inilah
pegangan kebanyakan ahli ilmu dan inilah pandangan Sayyidina Ibnu ‘Abbas
dan sebahagian sahabat.
- Adapun Abul Qaasim al-Qusyairi, Abu
Bakar bin al-Anbaari, Abu ‘Ali bin Abi Musa dan jumhur ahli sufi atas
pendapat bahawa dia adalah Wali iaitu seorang hamba yang sholeh,
sebagaimana dinash dalam al-Quran.
- Dan dinaqalkan al-Maawardi bahawa dia
adalah malaikat (yang berjasad dalam rupa bentuk manusia), akan tetapi
al-Hafiz bin Abi Dihyah menyerahkan sahaja perkara ini dengan katanya:
“Kami tidak mengetahui adakah baginda malaikat atau nabi atau hamba yang sholeh
(yakni wali). Dan inilah pendapat jumhur ahli sufi.
- Dan yang ashah ialah bahawasanya baginda
adalah nabi, wa Allahu a’laam.
Nabi
Khidhir 2
Kali
ini aku nukil pulak tulisan Syaikh Badi`uz-Zaman Sa`id an-Nursi yang diterjemah
dalam bahasa omputih di bawah jodol “The
Letters“, jilid 1, mukasurat 1 – 2. Buku ini kome boleh
cari kat Saba Islamic Media.
- First question:- Is Khadr (peace be upon
him) still alive ? If so, why do some serious scholars reject his being
alive ?
- Answer:- He is still alive. But there are five degrees of
life, of which Khadr has the second. It is because of this that those
scholars have doubted his being alive.
- ….The second degree of life is
manifested in the lives of Khadr and Elijah. This second degree is to some
certain extent free in that those who have it can be present in different
places at the same time, and their life is not bound by the necessities
that bind ordinary human life. Like us, they may eat and drink at times
but, unlike us, they do not have to. The experiences that some godly
persons who are able to discern the hidden truths have had with Khadr are
enough to illuminate and prove this degree of life. Further, one of the
spiritual degrees or stations which saints reach in their spiritual
journeys is called the ‘station of Khadr’. A saint who has attained this
degree may meet Khadr and be directly instructed by him. Indeed, it
sometimes even happens that one who holds this station is mistaken for Khadr
himself.
Begitulah, ikhwah pandangan Syaikh Badi’uz-Zaman an-Nursi.
Terpulanglah kepada kalian, nak terima sila, nak tolak gasak kome le, kan
Syaikh an-Nursi tak maksum, sama jugak macam Syaikh Qardhawi dan Dr. Solah
al-Khalidi. Tergelak den bila tengok hujah geng Ahkam, syabas kepada THTL,
alitantawi & Zain Y.S. Typical hujjah geng Ahkam bila tersandat …. ulama
tak maksum ……. ulama bias …….. macamlah depa kat Ahkam Online
maksum, tak bias …….lagi sekali gua
cakap sama lu:-
Syarah
Muslim – Fadhail al-Khidhir s.a.w.
Buat masa ini, malas aku nak komen panjang terhadap tuduhan dan tohmahan budak-budak kat forum al-Ahkam especially buat yang dikasihi THTL yang kononnya aku anti sunnah sebab anti wahhabi lalu anti salafi lalu anti sunnah. Inilah dakyah geng puak tu, mudahnya disinonimkan salafi gadungan puak depa dengan kaum salafus saleh terdahulu. Muka tak malu mengaku salaf. Kalau kat Pulau Jawa, istilah Salafi digunakan untuk penyokong Ahlus Sunnah wal Jamaah yang bermazhab, bukan salafi gadungan macam THTL. Buat THTL komen aku buat masa ini:-
TUAN
HASAN TUAN LAH
TUAN
HASAN BOLEH BLAH
Jangan marah, karang cepat mampus tak sempat pulak jadi imam mujtahid.
Jangan marah, karang cepat mampus tak sempat pulak jadi imam mujtahid.
Nabi Khidhir a.s. – 1
Ikhwah,
aku terbaca dalam sebuah posting geng anak Pak Wahab yang menyatakan bahawa
menurut jumhur ulama Nabi Khidhir itu sudah wafat dan hanya golongan minoriti
sahaja yang berpendapat bahawa Nabi Khidhir masih hidup. Sedangkan kenyataannya
adalah sebaliknya kerana jumhur ulama Ahlus Sunnah wal Jama`ah
memfatwakan bahawa Nabi Khidhir a.s. masih hidup dan hanya golongan minoriti sahaja yang
mengatakan baginda telah wafat. Aku nukilkan di sini tulisan Imam an-Nawawi
dalam “Syarah Muslim”
juzuk ke – 15, mukasurat 135 – 136 pada Bab min Fadhail al-Khidhir s.a.w., beliau menyatakan:-
- JUMHUR ULAMA berpendapat bahawasanya dia (yakni
Sayyidina Khidhir)hayyun
maujudun baina adzharina (hidup
dan wujud di kalangan kita, yakni di masa kita ini) dan pendapat ini telah
disepakati oleh para shufi dan ahlush sholah wal ma’rifah (orang-orang
ahli kebajikan dan ma’rifah). Cerita-cerita mereka mengenai melihat dan
bertemu dengan baginda dan mengambil pengajaran serta bersoal-jawab dengan
baginda, dan kehadiran baginda di tempat-tempat yang mulia dan
tempat-tempat kebajikan adalah terlalu banyak daripada boleh dihitung dan
terlalu masyhur daripada boleh ditutup. Dan telah berkata asy-Syaikh Abu
‘Umar bin ash-Sholah: “Dia (yakni Nabi Khidhir) hidup menurut jumhur ulama
dan orang-orang sholeh dan orang awam adalah beserta mereka dalam pegangan
ini”. Dia juga berkata: “Bahawasanya adalah satu pandangan yang ganjil
daripada sesetengah muhadditsin pada mengingkari hal ini (yakni sebahagian
ahli hadits mengingkari bahawa Nabi Khidhir masih hidup).
Jadi Imam an-Nawawi dengan jelas menyatakan bahawa JUMHUR ULAMA
berpegang dengan pendapat bahawa Nabi Khidhir a.s. masih hidup dan belum mati
lagi. Bagaimana rupa kehidupan baginda, Allah sahaja yang Maha Mengetahui dan
Maha Berkuasa. Hidup atau matinya baginda sekarang bukanlah perkara besar dan
tidak harus dijadikan perbalahan sesama umat. Nak percaya baginda masih hidup,
tidak ada masalah kerana itulah pendapat jumhur ulama dan yang nak percaya
bahawa baginda telah wafat pun tidak menjadi masalah kerana sesetengah ulama
dan ahli hadits berpendapat sedemikian seperti Imam al-Bukhari. Dan aku nak
pesan kat sini agar sesiapa yang percaya jangan pulak mudah sangat men’claim’
telah bertemu dengan Nabi Khidhir. Dalam bermu’amalah dengan manusia aku
teringat kalam hikmah as-Sajjad Imam Ali Zainal ‘Abidin di mana dia berpesan :“Anggaplah setiap orang yang engkau
temui itu Nabi Khidhir”. Sebenarnya hikmah kalam ini bertujuan
untuk membaikkan budipekerti serta baik mu’amalah dan mujammalah sesama anak
Adam. Allahu ‘alam.
*********************************************************************************************************
2. Nabi ilyas a.s.
Ketika sedang berehat datanglah malaikat kepada Nabi Ilyas A.S.
Malaikat itu datang untuk menjemput ruhnya. Mendengar berita itu, Ilyas menjadi
sedih dan menangis.
“Mengapa engkau bersedih?” tanya malaikat maut.
“Tidak tahulah.” Jawab Ilyas.
“Apakah engkau bersedih kerana akan meninggalkan dunia dan takut menghadapi maut?” tanya malaikat.
“Tidak. Tiada sesuatu yang aku sesali kecuali kerana aku menyesal tidak boleh lagi berzikir kepada Allah, sementara yang masih hidup boleh terus berxikir memuji Allah,” jawab Ilyas.
“Mengapa engkau bersedih?” tanya malaikat maut.
“Tidak tahulah.” Jawab Ilyas.
“Apakah engkau bersedih kerana akan meninggalkan dunia dan takut menghadapi maut?” tanya malaikat.
“Tidak. Tiada sesuatu yang aku sesali kecuali kerana aku menyesal tidak boleh lagi berzikir kepada Allah, sementara yang masih hidup boleh terus berxikir memuji Allah,” jawab Ilyas.
Saat itu Allah lantas menurunkan wahyu kepada malaikat agar
menunda pencabutan nyawa itu dan memberi kesempatan kepada Nabi Ilyas berzikir
sesuai dengan permintaannya. Nabi Ilyas ingin terus hdup semata-mata kerana
ingin berzikir kepada Allah. Maka berzikirlah Nabi Ilyas sepanjang hidupnya.
“Biarlah dia hidup di taman untuk berbisik dan mengadu serta berzikir kepada-Ku sampai akhir nanti.” Kata Allah.
“Biarlah dia hidup di taman untuk berbisik dan mengadu serta berzikir kepada-Ku sampai akhir nanti.” Kata Allah.
********************************************************************************************************
3. Nabi ‘idris a.s.
Diriwayatkan Nabi Idris as. telah naik ke langit pada hari Isnin.
Peristiwa naiknya Nabi Idris as. ke langit ini, telah dijelaskan oleh Allah SWT
dalam Al-Quran.
Firman
Allah SWT bermaksud:
“Dan ceritakanlah (hai Muhammad
kepada mereka) kisah, Idris yang tersebut di dalam Al-Quran. Sesungguhnya ia
adalah seorang yang sangat membenarkan dan seorang Nabi. Dan Kami telah
mengangkatnya ke martabat yang tinggi.”(Maryam: 56-57)
Nama Nabi
Idris as. yang sebenarnya adalah ‘Akhnukh’. Sebab beliau dinamakan Idris,
kerana beliau banyak membaca, mempelajari (tadarrus) kitab Allah SWT.
Setiap hari
Nabi Idris menjahit qamis (baju kemeja), setiap kali beliau memasukkan jarum
untuk menjahit pakaiannya, beliau mengucapkan tasbih. Jika pekerjaannya sudah
selesai, kemudian pakaian itu diserahkannya kepada orang yang menempahnya
dengan tanpa meminta upah. Walaupun demikian, Nabi Idris masih sanggup
beribadah dengan amalan yang sukar untuk digambarkan. Sehingga Malaikat Maut
sangat rindu berjumpa dengan beliau.
Kemudian
Malaikat Maut bermohon kepada Allah SWT, agar diizinkan untuk pergi menemui
Nabi Idris as. Setelah memberi salam, Malaikat pun duduk.
Nabi Idris
as. mempunyai kebiasaan berpuasa sepanjang masa. Apabila waktu berbuka telah
tiba, maka datanglah malaikat dari Syurga membawa makanan Nabi Idris, lalu
beliau menikmati makanan tersebut.
Kemudian
baginda beribadah sepanjang malam. Pada suatu malam Malaikat Maut datang
menemuinya, sambil membawa makanan dari Syurga. Nabi Idris menikmati makanan
itu. Kemudian Nabi Idris berkata kepada Malaikat Maut: “Wahai tuan, marilah
kita nikmati makanan ini bersama-sama.” Tetapi Malaikat itu menolaknya.
Nabi Idris
terus melanjutkan ibadahnya, sedangkan Malaikat Maut itu dengan setia menunggu
sampai terbit matahari. Nabi Idris merasa hairan melihat sikap Malaikat itu.
Kemudian beliau berkata: “Wahai tuan, mahukah tuan bersiar-siar bersama saya
untuk melihat keindahan alam persekitaran? Malaikat Maut menjawab: Baiklah
Wahai Nabi Allah Idris.”
Maka
berjalanlah keduanya melihat alam persekitaran dengan berbagai jenis
tumbuh-tumbuhan hidup di situ. Akhirnya ketika mereka sampai pada suatu kebun,
maka Malaikat Maut berkata kepada Nabi Idris as.:
“Wahai
Idris, adakah tuan izinkan saya untuk mengambil ini untuk saya makan? Nabi
Idris pun menjawab: Subhanallah, mengapa malam tadi tuan tidak mahu memakan
makanan yang halal, sedangkan sekarang tuan mahu memakan yang haram?”
Kemudian
Malaikat Maut dan Nabi Idris meneruskan perjalanan mereka. Tidak terasa oleh
mereka bahawa mereka telah bersiar-siar selama empat hari. Selama mereka
bersahabat, Nabi Idris menemui beberapa keanehan pada diri temannya itu. Segala
tindak-tanduknya berbeza dengan sifat-sifat manusia biasa. Akhirnya Nabi Idris
tidak dapat menahan hasrat ingin tahunya itu.
Kemudian
beliau bertanya: “Wahai tuan, bolehkah saya tahu, siapakah tuan yang
sebenarnya?
Saya adalah
Malaikat Maut.”
“Tuankah
yang bertugas mencabut semua nyawa makhluk?”
“Benar ya
Idris.”
“Sedangkan
tuan bersama saya selama empat hari, adakah tuan juga telah mencabut
nyawa-nyawa makhluk?”
“Wahai
Idris, selama empat hari ini banyak sekali nyawa yang telah saya cabut. Roh
makhluk-makhluk itu bagaikan hidangan di hadapanku, aku ambil mereka bagaikan
seseorang sedang menyuap-nyuap makanan.”
“Wahai
Malaikat, apakah tujuan tuan datang, apakah untuk ziarah atau untuk mencabut
nyawaku?”
“Saya
datang untuk menziarahimu dan Allah SWT telah mengizinkan niatku itu.”
“Wahai
Malaikat Maut, kabulkanlah satu permintaanku kepadamu, iaitu agar tuan mencabut
nyawaku, kemudian tuan mohonkan kepada Allah agar Allah menghidupkan saya
kembali, supaya aku dapat menyembah Allah Setelah aku merasakan dahsyatnya
sakaratul maut itu.”
Malaikat
Maut pun menjawab: “Sesungguhnya saya tidaklah mencabut nyawa seseorang pun,
melainkan hanya dengan keizinan Allah.”
Lalu Allah
SWT mewahyukan kepada Malaikat Maut, agar ia mencabut nyawa Idris as. Maka
dicabutnyalah nyawa Idris saat itu juga. Maka Nabi Idris pun merasakan kematian
ketika itu.
Di waktu
Malaikat Maut melihat kematian Nabi Idris itu, maka menangislah ia. Dengan
perasaan hiba dan sedih ia bermohon kepada Allah supaya Allah menghidupkan
kembali sahabatnya itu. Allah mengabulkan permohonannya, dan Nabi Idris pun
dihidupkan oleh Allah SWT kembali.
Kemudian
Malaikat Maut memeluk Nabi Idris, dan ia bertanya: “Wahai saudaraku,
bagaimanakah tuan merasakan kesakitan maut itu? “
“Bila
seekor binatang dilapah kulitnya ketika ia masih hidup, maka sakitnya maut itu
seribu kali lebih sakit daripadanya.
“Padahal-kelembutan
yang saya lakukan terhadap tuan, ketika saya mencabut nyawa tuan itu, belum
pernah saya lakukan terhadap sesiapa pun sebelum tuan.”
“Wahai
Malaikat Maut, saya mempunyai permintaan lagi kepada tuan, iaitu saya
sungguh-sungguh berhasrat melihat Neraka, supaya saya dapat beribadah kepada
Allah SWT lebih banyak lagi, setelah saya menyaksikan dahsyatnya api neraka
itu.”
“Wahai
Idris as. saya tidak dapat pergi ke Neraka jika tanpa izin dari Allah SWT.”
Akhirnya
Allah SWT mewahyukan kepada Malaikat Maut agar ia membawa Nabi Idris ke dalam
Neraka. Maka pergilah mereka berdua ke Neraka. Di Neraka itu, Nabi Idris as.
dapat melihat semua yang diciptakan Allah SWT untuk menyiksa musuh-musuh-Nya.
Seperti rantai-rantai yang panas, ular yang berbisa, kala, api yang membara,
timah yang mendidih, pokok-pokok yang penuh berduri, air panas yang mendidih
dan lain-lain.
Setelah
merasa puas melihat keadaan Neraka itu, maka mereka pun pulang. Kemudian Nabi
Idris as. berkata kepada Malaikat Maut: “Wahai Malaikat Maut, saya mempunyai
hajat yang lain, iaitu agar tuan dapat menolong saya membawa masuk ke dalam
Syurga. Sehingga saya dapat melihat apa-apa yang telah disediakan oleh Allah
bagi kekasih-kekasih-Nya. Setelah itu saya pun dapat meningkatkan lagi ibadah
saya kepada Allah SWT. Saya tidak dapat membawa tuan masuk ke dalam Syurga,
tanpa perintah dari Allah SWT.” Jawab Malaikat Maut.
Lalu Allah
SWT pun memerintahkan kepada Malaikat Maut supaya ia membawa Nabi Idris masuk
ke dalam Syurga.
Kemudian
pergilah mereka berdua, sehingga mereka sampai di pintu Syurga dan mereka
berhenti di pintu tersebut.
Dari situ
Nabi Idris dapat melihat pemandangan di dalam Syurga. Nabi Idris dapat melihat
segala macam kenikmatan yang disediakan oleh Allah SWT untuk para wali-waliNya.
Berupa buah-buahan, pokok-pokok yang indah dan sungai-sungai yang mengalir dan
lain-lain.
Kemudian
Nabi Idris berkata: “Wahai saudaraku Malaikat Maut, saya telah merasakan
pahitnya maut dan saya telah melihat dahsyatnya api Neraka. Maka mahukah tuan
memohonkan kepada Allah untukku, agar Allah mengizinkan aku memasuki Syurga
untuk dapat meminum airnya, untuk menghilangkan kesakitan mati dan dahsyatnya
api Neraka?”
Maka
Malaikat Maut pun bermohon kepada Allah. Kemudian Allah memberi izin kepadanya
untuk memasuki Syurga dan kemudian harus keluar lagi. Nabi Idris pun masuk ke
dalam Syurga, beliau meletakkan kasutnya di bawah salah satu pohon Syurga, lalu
ia keluar kembali dari Syurga. Setelah beliau berada di luar, Nabi Idris
berkata kepada Malaikat Maut:
“Wahai Malaikat Maut, aku telah meninggalkan kasutku di dalam Syurga.
“Wahai Malaikat Maut, aku telah meninggalkan kasutku di dalam Syurga.
Malaikat
Maut pun berkata: Masuklah ke dalam Syurga, dan ambil kasut tuan.”
Maka
masuklah Nabi Idris, namun beliau tidak keluar lagi, sehingga Malaikat Maut
memanggilnya: “Ya Idris, keluarlah!. Tidak, wahai Malaikat Maut, kerana Allah
SWT telah berfirman bermaksud: “Setiap yang berjiwa akan merasakan mati.” (Ali-Imran: 185)
Sedangkan
saya telah merasakan kematian. Dan Allah berfirman yang bermaksud: “Dan tidak ada seorang pun daripadamu,
melainkan mendatangi Neraka itu.” (Maryam:
71)
Dan saya
pun telah mendatangi Neraka itu. Dan firman Allah lagi yang bermaksud: “… Dan mereka sekali-kali tidak akan
dikeluarkan daripadanya (Syurga).” (Al-Hijr: 48)
Maka Allah
menurunkan wahyu kepada Malaikat Maut itu: “Biarkanlah dia, kerana Aku telah
menetapkan di azali, bahawa ia akan bertempat tinggal di Syurga.”
Allah
menceritakan tentang kisah Nabi Idris ini kepada Rasulullah SAW dengan
firman-Nya bermaksud: “Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka, kisah) Idris yang
tersebut di dalam Al-Quran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat
membenarkan dan seorang Nabi. Dan kami telah mengangkatnya ke martabat yang
tinggi.” (Maryam:
56-57)
****************************************************************************************************
4. Kisah Nabi ‘isa a.s.
Seorang lagi Nabi Allah yang
diceritakan dari kecil di dalam al-Qur’an ialah Isa. Baginda diutus kepada kaum
Bani Israil dengan kitab Injil yang diturunkan sebelum al-Qur’an.
Di dalam al-Qur’an, Nabi Isa disebut
dengan empat panggilan iaitu Isa, Isa puteraMariam, putera Mariam, dan al-Masih.
Ibunya seorang yang sangat
dimuliakan Allah. Dia memilihnya di atas semua perempuan di semua alam.
Firman-Nya, “Dan ketika malaikat-malaikat berkata, ‘Wahai Mariam, Allah memilih
kamu, dan membersihkan kamu, dan Dia memilih kamu di atas semua perempuan di
semua alam’” (3:42).
Mariam, ibu Nabi Isa, telah
menempuh satu ujian yang amat berat daripada Allah. Dia dipilih untuk
melahirkan seorang Nabi dengan tanpa disentuh oleh seseorang lelaki. Dia adalah
seorang perempuan yang suci.
Kelahiran
Kelahiran Nabi Isa merupakan
suatu mukjizat kerana dilahirkan tanpa bapa. Kisahnya diceritakan di dalam
al-Qur’an. Di sini, ceritanya bermula dari kunjungan malaikat kepada Mariam
atas perintah Allah. Ketika itu, malaikat menyerupai manusia dengan tanpa
cacat. Kemunculan malaikat membuat Mariam menjadi takut lalu berkata,
“Aku berlindung pada Yang Pemurah daripada
kamu, jika kamu bertakwa (takut kepada Tuhan)!’
Dia (malaikat) berkata, ‘Aku hanyalah seorang
rasul yang datang daripada Pemelihara kamu, untuk memberi kamu seorang anak
lelaki yang suci.’” (19:18-19)
Pada ayat yang lain, diceritakan bahawa
malaikat yang datang itu telah memberi nama kepada putera yang bakal
dilahirkan. Nama itu diberi oleh Allah, dan dia (Isa) akan menjadi terhormat di
dunia dan akhirat sambil berkedudukan dekat dengan Tuhan. Ayatnya berbunyi:
“Wahai Mariam, Allah
menyampaikan kepada kamu berita gembira dengan satu Kata daripada-Nya, yang
namanya al-Masih, Isa putera Mariam, terhormat di dunia dan di akhirat,
daripada orang-orang yang didekatkan.” (3:45)
Kemudian Mariam bertanya,
“Bagaimanakah aku akan ada seorang anak lelaki
sedang tiada seorang manusia pun menyentuhku, dan bukan juga aku seorang
jalang?” (19:20)
Malaikat menjawab,
“Dia (Allah) berkata, ‘Begitulah; Pemelihara
kamu telah berkata, ‘Itu mudah bagi-Ku; dan supaya Kami membuat dia satu ayat
(tanda) bagi manusia, dan satu pengasihan daripada Kami; ia adalah perkara yang
telah ditentukan’” (19:21).
Maka lahirlah Isa putera Mariam lebih enam
ratus tahun sebelum Nabi Muhammad dilahirkan. Allah membuat Nabi Isa dan ibunya
satu ayat (tanda) bagi manusia, iaitu tanda untuk menunjukkan kebesaran-Nya (23:50).
Kerasulan dan Kenabian
Isa adalah seorang Nabi dan
juga seorang Rasul. Baginda dan beberapa orang rasul telah dilebihkan Allah
daripada rasul-rasul lain. Ada yang Dia berkata-kata kepadanya, ada yang Dia
menaikkan darjat, dan bagi Isa, Dia memberi bukti-bukti yang jelas serta
mengukuhkannya dengan Roh Suci. Firman-Nya:
“Dan rasul-rasul itu,
sebahagian Kami melebihkan di atas sebahagian yang lain. Sebahagian ada yang
kepadanya Allah berkata-kata, dan sebahagian Dia menaikkan darjat. Dan Kami
memberikan Isa putera Mariam bukti-bukti yang jelas, dan Kami mengukuhkan dia
dengan Roh Qudus (Suci).” (2:253)
Namun begitu, manusia dilarang
oleh Allah untuk membeza-bezakan antara para rasul dan Nabi. Larangan itu
berbunyi,
“Katakanlah, ‘Kami percaya
kepada Allah, dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan
kepada Ibrahim, dan Ismail, dan Ishak, dan Yaakub, dan puak-puak, dan apa yang
diberi kepada Musa, dan Isa, dan apa yang diberi kepada Nabi-Nabi daripada
Pemelihara mereka. Kami tidak membeza-bezakan seorang pun antara mereka, dan
kepada-Nya kami muslim.’” (2:136)
Akibat membeza-bezakan Nabi
atau Rasul dapat dilihat pada hari ini, iaitu Nabi Isa dipercayai oleh
sesetengah pihak sebagai Tuhan atau anak Tuhan, dan Nabi Muhammad, dianggap
macam Tuhan, yang berhak membuat hukum agama.
Ajaran
Oleh kerana Isa seorang Nabi baginda diberi
sebuah Kitab, Injil, yang mengandungi petunjuk dan cahaya untuk menjadi
pegangan Bani Israil. Selain menyuruh Bani Israil menyembah Allah dengan
mentaati Injil, baginda mengesahkan kitab Taurat yang diturunkan sebelumnya.
Dua firman Allah menjelaskannya di sini, berbunyi:
“Dan Kami mengutus, menyusuli jejak-jejak
mereka, Isa putera Mariam, dengan mengesahkan Taurat yang sebelumnya; dan Kami
memberinya Injil, di dalamnya petunjuk dan cahaya,” (5:46) dan,
“Aku (Isa) hanya mengatakan kepada mereka apa
yang Engkau memerintahkan aku dengannya: ‘Sembahlah Allah, Pemelihara aku dan
Pemelihara kamu.’” (5:117)
Turut disebut di dalam Injil (dan Taurat)
ialah berita mengenai kedatangan seorang Nabi berbangsa Arab, atau ummiy (7:157), dan janji dikurniakan Taman atau Syurga bagi
orang-orang yang berperang di jalan Allah (9:111). Janji itu juga didapati di dalam Taurat dan al-Qur’an.
Ketika baginda diutus, manusia sedang
berselisih dalam hal agama. Maka kedatangannya adalah juga untuk memperjelaskan
apa yang diperselisihkan. Firman Allah:
“dia (Isa) berkata, ‘Aku datang
kepada kamu dengan kebijaksanaan, dan supaya aku memperjelaskan kepada kamu
sebahagian apa yang dalamnya kamu memperselisihkan; maka kamu takutilah Allah,
dan taatlah kepadaku.’” (43:63)
Baginda juga memberitahu
tentang kedatangan seorang rasul selepas baginda, yang namanya akan dipuji.
Ayat yang mengisahkannya berbunyi:
“Wahai Bani Israil,
sesungguhnya aku (Isa) rasul Allah kepada kamu, mengesahkan Taurat yang sebelum
aku, dan memberi berita gembira dengan seorang rasul yang akan datang selepas
aku, namanya ahmad (dipuji).” (61:6)
Pengikut setia
Seperti Nabi atau Rasul yang
lain, baginda mempunyai pengikut-pengikut yang setia dan juga yang tidak setia
atau yang menentang. Pengikut-pengikutnya yang setia percaya kepada Allah dan
kepadanya. Mereka adalah muslim. Firman Allah:
“Dan ketika Aku mewahyukan
pengikut-pengikut yang setia, ‘Percayalah kepada-Ku, dan rasul-Ku’; mereka
berkata, ‘Kami percaya, dan saksilah Engkau akan kemusliman kami.’” (5:111)
Pengikut-pengikut yang setia
pula menjadi penolong-penolong, bukan baginya tetapi bagi Allah. Firman-Nya:
“Berkatalah
pengikut-pengikutnya yang setia, ‘Kami akan menjadi penolong-penolong Allah;
kami percaya kepada Allah, dan saksilah kamu akan kemusliman kami.’” (3:52)
Begitu juga bagi pengikut-pengikut
setia Nabi-Nabi lain, termasuk Muhammad. Semuanya menjadi penolong-penolong
Allah, untuk melaksana dan menyampaikan mesej-Nya. Firman Allah:
“Wahai orang-orang yang
percaya, jadilah kamu penolong-penolong Allah, sebagaimana Isa putera Mariam
berkata kepada pengikut-pengikut yang setia, ‘Siapakah yang akan menjadi
penolong-penolong aku bagi Allah?’ Pengikut-pengikut yang setia berkata, ‘Kami
akan menjadi penolong-penolong Allah.’” (61:14)
Walau bagaimana pun,
pengikut-pengikut Nabi Isa yang setia memerlukan bukti selanjut untuk
megesahkan kebenarannya dan supaya hati mereka menjadi tenteram. Untuk itu
mereka memohon sebuah meja hidangan dari langit. Kisahnya berbunyi begini:
“Dan apabila pengikut-pengikut
yang setia berkata, ‘Wahai Isa putera Mariam, bolehkah Pemelihara kamu
menurunkan kepada kami sebuah meja hidangan dari langit?’
Dia (Isa) berkata, ‘Kamu
takutilah Allah, jika kamu orang-orang mukmin.’
Mereka berkata, ‘Kami
menghendaki untuk memakan daripadanya, dan hati kami menjadi tenteram, supaya
kami mengetahui bahawa kamu berkata benar kepada kami, dan supaya kami adalah
antara para saksinya.’” (5:112-113)
Justeru itu, baginda memohon
kepada Allah,
“Ya Allah, Pemelihara kami,
turunkanlah kepada kami sebuah meja hidangan dari langit, yang akan menjadi
bagi kami satu perayaan, yang pertama dan yang akhir bagi kami, dan satu ayat
(tanda) daripada Engkau. Dan berilah rezeki untuk kami; Engkau yang terbaik
daripada pemberi-pemberi rezeki.” (5:114)
Allah mengabulkan
permintaannya. Lantas, meja hidangan yang turun menjadi satu lagi mukjizat bagi
Nabi Isa. Dan ia juga menjadi nama sebuah surah di dalam al-Qur’an, iaitu surah
kelima, al-Maidah.
Mukjizat
Selain daripada kelahiran yang
luar biasa dan meja hidangan, Nabi Isa telah dikurniakan dengan beberapa mukjizat
lain. Ayat berikut menjelaskannya:
“Ketika Allah berkata, ‘Wahai
Isa putera Mariam, ingatlah akan rahmat-Ku ke atas kamu, dan ke atas ibu kamu,
apabila Aku mengukuhkan kamu dengan Roh Qudus (Suci), untuk berkata-kata kepada manusia di dalam buaian dan
setelah dewasa ….. dan apabila kamu mencipta daripada tanah liat, dengan
izin-Ku, yang seperti bentuk burung, dan kamu menghembuskan ke dalamnya, lalu
jadilah ia seekor burung,
dengan izin-Ku, dan kamu menyembuhkan orang
buta, dan orang sakit
kusta, dengan izin-Ku, dan kamu mengeluarkan orang yang mati, dengan izin-Ku’
….. lalu orang-orang yang tidak percaya antara mereka berkata, ‘Tiadalah ini,
melainkan sihir yang nyata.’” (5:110)
Walaupun Nabi Muhammad hanya
diberi satu mukjizat, manusia ditegah daripada berkata bahawa Nabi Isa adalah
lebih mulia daripada Nabi Muhammad. Kerana, seperti yang sudah maklum, amalan
membeza-beza para Nabi dan Rasul dilarang Allah.
Diangkat Ke langit
“Apabila Allah berkata, ‘Wahai
Isa, Aku akan mematikan kamu,
dan menaikkan kamu kepada-Ku, dan Aku membersihkan kamu daripada orang-orang
yang tidak percaya …..’” (3:55)
“Dan aku (Isa) seorang saksi ke
atas mereka selama aku di kalangan mereka; tetapi setelah Engkau mematikan aku, Engkau Sendiri adalah
penjaga ke atas mereka; Engkau saksi atas segala sesuatu.” (5:117)
Akan tetapi, sebahagian
daripada kaum Bani Israil mengatakan bahawa mereka telah membunuhnya disalib.
Allah mengatakan yang sebaliknya pula. Apa yang berlaku hanya satu kesamaan
sahaja. Firman-Nya:
“ucapan mereka, ‘Kami telah
membunuh al-Masih, Isa putera Mariam, rasul Allah.’ Tetapi mereka tidak
membunuhnya, dan tidak juga menyalibnya, tetapi hanya satu kesamaan yang
ditunjukkan kepada mereka. Orang-orang yang berselisih mengenainya benar-benar
dalam keraguan terhadapnya; mereka tidak ada pengetahuan mengenainya, kecuali
mengikuti sangkaan; mereka tidak membunuhnya, yakinlah.” (4:157)
Di akhir zaman nabi ‘isa akan turun kembali ke bumi, bukan
sebagai nabi tapi sebagai umat nabi muhammad SAW. (mengikut syariat nabi
muhammad). akan berdakwah mengajak orang2 kristen untuk islam, menghancurkan
sali-salib, membunuh dajjal.
Gudang Ilmu ahlusunnah :
http://salafytobat.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar